Cinta Tuhan tapi Benci Kaliyan Semooah.
Gue ini tipe orang yang kalo beli buku demen, tapi bacanya kaga. Hahaha. Jadi kebiasaan buruk gue adalah beli buku, napsuk pengen baca, baca setengah, dan liat buku baru, pengen baca, baca setengah - (begono terus cyclenya dan ngga ada buku yang abis dibaca hahaha). Eh ada satu buku ini pemberian dari sang penulisnya langsung loh hehe, ini buku habis gue baca dalam beberapa hari aja.
Dari banyaknya bab dan section2 dalam buku ini yang gue suka, ini salah satunya, yaitu relasi dengan Tuhan & Relasi dengan Manusia.
Relasi dengan Tuhan dan Manusia
Pernah ngga sih kalian denger, dan melihat orang2 disekitar kita yang rasanya tingkat kehidupan rohani nya udah rada tinggi sampe2 kita rada minder kalo ngomong mengenai hal-hal berbau kerohanian sama mereka, karena pengetahuan mereka begitu luas? Rasanya kok mereka2 ini lebih kenal Tuhan lebih baik daripada kita :) Sering kaaan? Gue sih sering banget. Dan rasanya kagum aja sama mereka, dan jadi kadang2 minder hehehehek.
Orang2 tersebut memang rajin mengikuti segala macam bentuk praktik keagamaan dan mungkin tahu banyak mengenai ritual2 keagamaan dengan sangat baik (misal baca alkitab 5 puteran sehari, rosario 5 puteran sehari, juara bertahan lomba cerdas cermat alkitab 5 tahun berturut turut). Orang2 tersebut ini terlihat mempunyai hubungan yang sangat baik dengan Tuhan. Tapi disaat orang2 tersebut melakukan hal2 yang agak kurang terpuji sama sesamanya, misalnya gosipin or menghina orang, judging people dan nggak bisa memaafkan misalnya, gue jadi bingung akan hubungan antara relasi dengan Tuhan dan relasi dengan manusia. Pantaskah gue ilfeel dengan orang2 kaya begini?
Di buku ini Romo Thomas Tjaya SJ (sang penulisnya) memaparkan jawaban mengenai pertanyaan dalam hati gue ini dengan sungguh baik dan mudah diterima.
Dalam buku ini ada pernyataan yang mungkin sering kita denger: "Gue emang lagi marah sama si anu (sebut saja namanya Mawar), tetapi relasi gue dengan Tuhan baik baik aja kok."
Ya menurut lo baik baik aja, tapi sebenernya nggak lho. Di buku ini disampaikan bahwa keretakan relasi dengan sesama juga berarti keretakan relasi dengan Tuhan karena, Tuhan mengasihi semuaaaa makhluknya. (inget lho semua, bukan lo, atau keluarga lo doang). Bener kan kita punya Tuhan yang sama?
Diandaikan seperti (gue paling demen perandai-andaian hehehe) Tuhan itu seperti Mak bapak kita deh. Dan kita semua itu anak-anaknya. Bayangin aja kalo kita udah jadi orangtua, terus anak-anaknya pada musuhan. Apa itu kaga bikin orangtua loe sedih dan gusar? Orangtua mana yang merasa biasa-biasa aja ketika tahu bahwa anak2 mereka kaga rukun? Sebagai anak, mungkin kita anggep bahwa itu urusan pribadi kita dan bukan urusan orangtua. Tapi bayangin aja kalo lo jadi orangtua, apa yang lo rasakan..... Kalo gua jadi orang tua seh, walopun gua sayang akan gue jitak anak gue yang nyari ribut duluan bahahahhaa (#sadis #tidakpatutdicontoh)
Nggak hanya pertikaian antar agama yang punya satu Tuhan jugaaa yang belakangan ini sering terjadi, ya elah, pertikaian nya kadang terjadi dalam satu agama. Penyebabnya bervariasi, cuma karena tersinggung, salah paham, kekuasaan, beda sudut pandang, dan lain-lain. Peristiwa macam gini apa kaga malu2in Tuhan dan agama yang kita peluk yah? Kalau orang2 beragama kaya kita ini begini semua, pantes aja semakin banyak orang atheis yang nggak mau memeluk agama, wong kita nya aja ngga lebih baik dari mereka yo.
Aduh pokoknya ayuk yuk yah saling mengasihi dan cinta cintaan ajah.
Peziarahan Hati
Penerbit Kanisius
Thomas Hidya Tjaya, SJ. Ph. D.
Dari banyaknya bab dan section2 dalam buku ini yang gue suka, ini salah satunya, yaitu relasi dengan Tuhan & Relasi dengan Manusia.
Relasi dengan Tuhan dan Manusia
Pernah ngga sih kalian denger, dan melihat orang2 disekitar kita yang rasanya tingkat kehidupan rohani nya udah rada tinggi sampe2 kita rada minder kalo ngomong mengenai hal-hal berbau kerohanian sama mereka, karena pengetahuan mereka begitu luas? Rasanya kok mereka2 ini lebih kenal Tuhan lebih baik daripada kita :) Sering kaaan? Gue sih sering banget. Dan rasanya kagum aja sama mereka, dan jadi kadang2 minder hehehehek.
Orang2 tersebut memang rajin mengikuti segala macam bentuk praktik keagamaan dan mungkin tahu banyak mengenai ritual2 keagamaan dengan sangat baik (misal baca alkitab 5 puteran sehari, rosario 5 puteran sehari, juara bertahan lomba cerdas cermat alkitab 5 tahun berturut turut). Orang2 tersebut ini terlihat mempunyai hubungan yang sangat baik dengan Tuhan. Tapi disaat orang2 tersebut melakukan hal2 yang agak kurang terpuji sama sesamanya, misalnya gosipin or menghina orang, judging people dan nggak bisa memaafkan misalnya, gue jadi bingung akan hubungan antara relasi dengan Tuhan dan relasi dengan manusia. Pantaskah gue ilfeel dengan orang2 kaya begini?
Di buku ini Romo Thomas Tjaya SJ (sang penulisnya) memaparkan jawaban mengenai pertanyaan dalam hati gue ini dengan sungguh baik dan mudah diterima.
Dalam buku ini ada pernyataan yang mungkin sering kita denger: "Gue emang lagi marah sama si anu (sebut saja namanya Mawar), tetapi relasi gue dengan Tuhan baik baik aja kok."
Ya menurut lo baik baik aja, tapi sebenernya nggak lho. Di buku ini disampaikan bahwa keretakan relasi dengan sesama juga berarti keretakan relasi dengan Tuhan karena, Tuhan mengasihi semuaaaa makhluknya. (inget lho semua, bukan lo, atau keluarga lo doang). Bener kan kita punya Tuhan yang sama?
Diandaikan seperti (gue paling demen perandai-andaian hehehe) Tuhan itu seperti Mak bapak kita deh. Dan kita semua itu anak-anaknya. Bayangin aja kalo kita udah jadi orangtua, terus anak-anaknya pada musuhan. Apa itu kaga bikin orangtua loe sedih dan gusar? Orangtua mana yang merasa biasa-biasa aja ketika tahu bahwa anak2 mereka kaga rukun? Sebagai anak, mungkin kita anggep bahwa itu urusan pribadi kita dan bukan urusan orangtua. Tapi bayangin aja kalo lo jadi orangtua, apa yang lo rasakan..... Kalo gua jadi orang tua seh, walopun gua sayang akan gue jitak anak gue yang nyari ribut duluan bahahahhaa (#sadis #tidakpatutdicontoh)
Nggak hanya pertikaian antar agama yang punya satu Tuhan jugaaa yang belakangan ini sering terjadi, ya elah, pertikaian nya kadang terjadi dalam satu agama. Penyebabnya bervariasi, cuma karena tersinggung, salah paham, kekuasaan, beda sudut pandang, dan lain-lain. Peristiwa macam gini apa kaga malu2in Tuhan dan agama yang kita peluk yah? Kalau orang2 beragama kaya kita ini begini semua, pantes aja semakin banyak orang atheis yang nggak mau memeluk agama, wong kita nya aja ngga lebih baik dari mereka yo.
Aduh pokoknya ayuk yuk yah saling mengasihi dan cinta cintaan ajah.
Peziarahan Hati
Penerbit Kanisius
Thomas Hidya Tjaya, SJ. Ph. D.
Comments
Post a Comment